Sunday, March 3, 2019

My berries stories : menanam blackberry

Buah blackberry segar

Siapa diantara pembaca semua yang memiliki handphone blackberry dan akrab dengan layanan chatingnya yang bernama blackberry ?
Saya yakin cukup banyak ya...


Siapa juga yang selain mengenal namanya juga pernah mencicipi buah blackberry ?
Kalau ini saya cukup yakin tidak banyak karena di indonesia yang namanya buah blackberry itu masih jarang di pasaran.
Ada sih yang keliru menyatakan dan menganggap buah murbei alias mulberry adalah buah blackberry karena kemiripan buahnya.

Nah karena saya punya pohon murbei dan sudah sering makan buah murbei dalam bentuk segar maupun telah diolah menjadi berbagai macam menu. Kok lama-lama saya penasaran dengan rasa buah blackberry. Apakah seenak mulberry atau malah lebih enak ?

Singkat cerita saya mendapatkan 2 bibit tanaman blackberry dan meskipun saya ragu melihat ukuran bibitnya yang kecil. Kira kira tingginya cuma sekitar 15 cm.
Dalam hati saya berucap apakah mereka bisa bertahan di tempat yang panas setelah awal mulai sejak tumbuh hanya kenal dengan suhu yang sejuk di tempat asal.
Apalagi membayangkan sampai berbuah, benar - benar seakan lenyap harapan saya kala itu.

Makin diperparah setelah mencari informasi di internet tentang pengalaman seorang pekebun di negara tetangga yang sama - sama negara tropis menyatakan kegalauannya bahwa kenapa tanaman blackberrynya tumbuh subur tapi tidak pernah berbuah.

Yah.. apa boleh buat karena terlanjur dibeli maka saya membesarkan hati dengan menyatakan toh kalaupun mati dan gagal paling tidak saya tahu bagaimana bentuknya tanaman blackberry.
Dan harganya tidak terlalu membuat dompet erosi. 

Karena ukurannya yang kecil maka saya tidak berani memindahkan bibit blackberry tersebut ke wadah yang lebih besar.
Saya juga sedang lagi banyak sekali kesibukan saat itu hingga mereka terbiarkan di polibek kecil ukuran 1 liter selama 3 atau 4 bulanan.
Hingga 1 hari di musim kemarau saya kasihan melihat mereka yang kelihatannya walaupun dalam keadaan sengsara tapi berjuang keras untuk hidup.
Disiram setiap pagi dan sore tidak cukup untuk mereka bertahan di wadah kecil dibawah panasnya sinar matahari.
Apalagi ukuran mereka meninggi hampir 25 cm dan sudah mulai bercabang walaupun daun mereka ada beberapa yang layu, kering dan rontok.

Akhirnya saya pindahlah mereka ke wadah yang lebih besar seukuran 35 liter. Harus ekstra hati-hati karena duri-duri mereka yang besar dan tajam juga sekaligus takut menyebabkan mereka mengalami stres bahkan mati akibat rusak dan putusnya akar.
Setelah selesai saya siram banyak-banyak dan taruh di tempat yang terlindungi dari terik matahari siang dan sore hari.


Durinya lumayan seram

Hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan demi bulan berlalu. Saya tidak terlalu memperhatikan selain hanya menyiram mereka.
Hingga datanglah musim hujan yang membuat saya jarang ke kebun.
Kalaupun ke kebun saya sibuk dengan tanaman lain dan kegiatan lain seperti mencabuti rumput di pot dan kotak tanaman.
Saya hanya tahu mereka tumbuh pesat semakin besar dan semakin subur. Begitu saja hingga beberapa bulan.
Bahkan saking suburnya cabang-cabang berduri tampak berantakan tumbuh kesana kemari yang membuat saya kesal karena tak enak dipandang mata.
Saya sempat mengira tanaman blackberry saya sejenis semak pendek.
Tapi ternyata mereka tumbuh meninggi dan butuh rambatan seperti halnya mawar rambat.
Jangan - jangan jenis blackberry liar lagi.. haduhh...

Pak suami tersayang juga sudah 2 - 3 kali berkata bahwa kenapa kok sudah setahun lebih tidak berbuah-buah tanamannya ? Kan sejenis buah berry ?
Setahu dia bibit tanaman mulberry dan strawberry saya cepat berbuahnya. Bahkan menanam strawberry dari biji pun cuma 5-6 bulan sudah berbuah.
Tidak pakai acara melewati tahun baru seperti blackberry ini.

Saya katakan terus terang bahwa ini jenis tanaman berry yang jarang ada di daerah panas dataran rendah. Jadi saya cuma coba-coba nekat saja siapa tahu berhasil seperti halnya strawberry.
Dia cuma terbengong satu dua detik dan lalu tersadar kemudian akhirnya menatap maklum seolah menyatakan bahwa " oke, inilah istriku dan hobi percobaannya". Lalu sibuk kembali dengan kegiatannya.
Dan setelah itu bahkan beliau lupa. Namun pertanyaan itu tetap meninggalkan keresahan di pikiran saya tentang blackberry ini.

Apa yang harus saya lakukan dengan mereka ? Apakah harus diberi pupuk yang katanya bisa memicu ( atau memacu ? ) tanaman untuk berbunga dan berbuah.
Biasanya saya sangat menghindari yang namanya pupuk non organik dan pestisida non organik. Masa sih saya harus membeli dan menggunakan pupuk pemicu begitu ?

Hingga di suatu sore yang cerah, saya memangkas cabang dan ranting tanaman mangga, jambu dan kelengkeng.
Karena tanaman blackberry berdekatan dengan pohon mangga, mau tidak mau saya kembali kesal dan resah dengan mereka.
Hingga akhirnya.. bismillah, saya pangkas juga cabang dan batang mereka dengan maksud merapikan. Kalaupun akhirnya mati mungkin lebih baik karena bisa diganti dengan tanaman lain.

Tak disangka beberapa minggu kemudian dibawah bagian yang dipangkas bermunculan cabang yang baru yang juga tumbuhnya menjulur berantakan tapi wahhh... apa itu ? saya lihat diujung pucuknya seperti ada sesuatu yang bulat. Apakah itu iya ?

bunga dan calon buah blackberry


Hari demi hari saya amati dan tampak semakin nyata.
Kuncup bunga.. !!  Ada yang dipucuknya hanya ada 1 kuncup bunga. Ada juga yang membawa beberapa kuncup bunga.
Senangnya hati saya. Hampir tiap hari setiap ke kebun saya amati bunga-bunga blackberry itu.
Saya juga sempat merekamnya, dan bisa dilihat di video di bawah :



Hingga tibalah saatnya blackberry pertama berwarna hitam dan saya sudah sangat tidak sabar. Saya petik untuk saya cicipi.
Sebelum dicicipi saya penasaran dengan bentuk buahnya.
Ternyata buah blackberry itu terdiri dari bulatan-bulatan yang menyatu tapi tidak terlalu rapat.
Berbeda dengan buah murbei yang juga sama terdiri dari kumpulan bulatan kecil tapi lebih rapat.

sudah berwarna hitam

Sekarang untuk rasa bagaimana ya ?
Begitu saya cicipi ternyata blackberry rasanya ... asam... brrr...
Terus terang saya kaget dan teringat asam buah cherry barbados.
Belum lagi biji-biji kecil yang mengganggu di mulut.

(Kiri) buahnya, (kanan) biji biji blackberry

Ya ampun... rusak imajinasi indah saya akan buah blackberry. 

Buah blackberry juga ternyata pada tiap bulatannya ada 1 biji yang agak keras, mirip biji pada jambu biji tapi bentuk bijinya gepeng.
Sementara pada buah mulberry sama sekali tidak ada biji yang terasa saat dikunyah.
Jadi untuk tampilan fisik begitulah perbedaan antara buah blackberry dengan buah mulberry atau murbei.

Begitu masuk rumah saya langsung buka internet mengetik blackberry taste dan tekan search. Mencari informasi mengenai bagaimana rasa buah blackberry sebenarnya.
Kalau memang rasanya seperti itu, ogahlah saya punya tanaman yang sudahlah berduri tajam eh rasa buahnya asam ditambah banyak bijinya pula.

Buka berbagai macam web luar negeri, baca sana dan baca sini.
Dapat salahsatu tips yang menyatakan bahwa buah blackberry dipetik saat buahnya sudah berwarna hitam kusam, bukan sewaktu masih hitam mengkilat.
Ok, besok besok saya coba deh.
Selanjutnya setelah beberapa hari berlalu, saya menemukan buah yang memenuhi kriteria hitam kusam tersebut dan saya cicipi dengan rasa was was sebelumnya, menyiapkan lidah dan mulut.
Dan... nahhh... begini rupanya rasa buah blackberry yang seharusnya..
Manis dan segar berair...
Bijinya ? masih mengganggu sih tapi tinggal saya ambil dan buang.

Kalau saya coba ambil kesimpulan, saya ibaratkan perbandingan makan buah blackberry dan mulberry itu seperti makan buah semangka dan melon.
Blackberry seolah makan buah semangka yang manis berair tapi kita agak terganggu oleh biji-bijinya.
Sedangkan makan buah mulberry itu ibarat makan buah melon, karena melon itu bijinya mengumpul ditengah buah jadi saat makan daging buahnya kita tidak terganggu biji.

Tak sabar menunggu mereka semua matang

Jadi menurut lidah saya, buah blackberry lebih enak dan lebih mudah diolah menjadi minuman jus atau sirup daripada diolah menjadi selai.
Apalagi kalau kita punya alat/mesin juicer buah. Kalau tidak punya bisa menggunakan blender dan saringan.
Kalau saya karena buahnya belum terlalu banyak untuk dikumpulkan dan diolah menjadi sirup dan selai. Maka saya makan segar dan juga diolah menjadi es krim blackberry. Sedap dan segar...


Oh ya apakah diantara pembaca dan pekebun sekalian ada mengkoleksi tanaman blackberry juga ?

8 comments:

  1. Dl rmh nenek sy dl bnyk murbey,,sprti film film barat,,takjub liat buah buah cantik,,apa lg ky bluberry milik mbk,,salutt

    ReplyDelete
  2. Bu kalo ditanam di daerah dgn suhu 19°C-30°c kira kira gimana ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Blackberry adaptasinya lumayan bagus adaptasinya.
      Pada suhu sejuk tapi banyak sinar matahari malah bagus biasanya.

      Delete
  3. Saya juga nanam blackberry, beli dari toko online. Sudah 10 bulan belum berbunga dan berbuah. Padahal sudah di pangkas beberapa kali karena terlalu lebat dan berduri. Kalau punya ibu umur berapa ini berbuah blackberry nya?

    ReplyDelete
  4. Saya beli pohon blackberry yang saat itu sudah berbuah dengan tinggi pohon hanya sekitar 15cm. Setelah saya buah habis dipanen, sampai sekarang sudah 7 bulan sejak beli, belum berkembang lagi. Memang tidak mudah untuk merawat dan membesarkan pohon blacberry.

    ReplyDelete
  5. Saya beli pohon blackberry yang saat itu sudah berbuah dengan tinggi pohon hanya sekitar 15cm. Setelah saya buah habis dipanen, sampai sekarang sudah 7 bulan sejak beli, belum berkembang lagi. Memang tidak mudah untuk merawat dan membesarkan pohon blacberry.

    ReplyDelete
  6. Sama kasusnya, belum berbuah selama 1 tahunan ditambah tertutup oleh daun Rangoon creeper yang tak terkontrol pertumbuhannya

    ReplyDelete

Budayakan komentar yang baik ya...
Komentar yang megandung unsur promo / jualan dan atau ketidaksopanan akan kami hapus.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...